
Pada dasarnya akhwat itu bermakna kaum perempuan tapi
lama kelamaan akhwat sering ditujukan kepada muslimah yang faham nilai Islam
dan mengaplikasikannya secara kaffah. Istilah akhwat mulai sering dipergunakan
pada era 90-an. Pada saat itu kehidupan beragama di kampus mulai marak dan para
jilbaber mulai berani mengekspresikan kepintarannya, kemampuannya berorasi,
sehingga menyebabkan mereka mencuat.
Akhwat biasanya identik dengan aktivis kampus yang rajin
member kajian mentoring buat adik kelas, aktivis masyarakat yang rela bersusah
payah untuk membantu orang lain supaya faham nilai Islam secara lebih kaffah.
Akhwat juga pantas buat dijadikan teladan bagi para muslimah karena semangatnya
untuk terus mengibarkan kebenaran Islam. Secara logika seorang akhwat
seharusnya sudah mempelajari dan memahami nilai-nilai Islam lebih baik daripada
masyarakat lainnya. Lho kok bisa begitu? Ya, karena seorang akhwat sudah
melalui proses ta’lim, pelatihan, dan harus mampu menjadi daiyah. Seorang
daiyah ini bertugas buat mengajak manusia untuk menuju kebenaran. Wah….berat
juga ya tugas akhwat. Makanya jangan menganggap sebelah mata para jilbaber yang
kelihatan kalem dan keibuan. Kalau memang diharuskan, mereka mampu mengangkat
senjata dan melawan kezhaliman. Coba saja kalian tengok para muslimah Palestina
yang dengan gagah berani dan tidak takt mati. Pokoknya yang penting bersemangat
mengibarkan agama Allah di muka bimu. ALLAHU AKBAR !!!!!!!!!!!!!!
Ciri Khas Akhwat
<!--[if
!supportLists]-->o <!--[endif]-->Berjilbab dan berpakaian syar’i. Artinya pakaian dan
jilbaba yang digunakan sesuai dengan ketentuan dalam Islam, yaitu tidak
menampakkan bagian tubuh kecuali telapak tangan dan wajah (ada yang berpendapat
memakai cadar dan kaos tangan), tidak berparfum, longgar serta tidak tipis dan
tidak membentuk tubuh, serta tidak seperti pakaiannya orang kafir.
<!--[if !supportLists]-->o
<!--[endif]-->Tidak sembarang bergaul. Maksudnya
bukan pilih-pilih teman lho, akan tetapi akhwat menjaga banget hubungan dengan
lawan jenis. Akhwat pantang berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahram
takutnya menimbulkan fitnah dan menimbulkan syahwat. Dan karena berduaan dengan
lawan jenis yang bukan mahram itu dosa.
<!--[if !supportLists]-->o
<!--[endif]-->Tidak kenal budaya pacaran. Dalam
Islam, kalau seorang laki-laki memang serius dan pengen kenal lebih dekat
dengan perempuan maka ia akan melakukan proses yang dinamakan ta’aruf. Setelah
ta’aruf, kalau keduannya cocok, maka harus segera dinikahkan. Begitu juga
dengan akhwat tidak mengenal hubungan dengan lawan jenis yang tidak jelas
landasannya. Prinsipnya “pacaran setelah menikah”.
<!--[if !supportLists]-->o
<!--[endif]-->Berusaha membina orang lain.
Bukannya sok menggurui lho, tapi akhwat kan mempunyai pengetahuan lebih dari
orang awam karena proses pelatihan yang sudah dijalaninya. Makanya, akhwat
mengemban tugas untuk memberitahu kebenaran pada orang awam.
<!--[if !supportLists]-->o
<!--[endif]-->Menaati aturan-aturan Islam. Karena
sudah melalui proses pembinaan, tidak heran jika seorang akhwat menjadi faham
apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh seorang muslimah. Ada
riwayat yang pernah bilang kalau tanggung jawab seseorang yang tahu lebih berat
daripada tanggung jawab orang yang belum tahu.
Sumber gambar : http://kartun.web.id
0 comments:
Post a Comment